Jungkook BTS belum lama ini mengungkap bahwa dirinya mengidap Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Pengakuan mengejutkan itu ia sampaikan secara terbuka saat siaran langsung di Weverse Live, yang langsung menjadi sorotan dunia.
Kisah pribadi Jungkook ini membuat banyak penggemar tergerak untuk memahami lebih jauh tentang ADHD . Di mana ini merupakan sebuah gangguan saraf yang dapat memengaruhi perilaku, konsentrasi, hingga kualitas hidup penderitanya.
Pengakuan tersebut langsung menuai dukungan luas dari ARMY dan masyarakat, sebab langkah Jungkook dianggap mampu membuka percakapan sehat tentang kesehatan mental di industri K-Pop yang sering penuh tekanan.
Apa Itu ADHD?
Dilansir dari Mayo Clinic, Selasa (2/9/2025), ADHD adalah gangguan perkembangan saraf seumur hidup yang ditandai dengan kesulitan untuk fokus, perilaku impulsif, serta hiperaktivitas yang muncul sejak masa kanak-kanak. Pada orang dewasa, gejalanya bisa berbeda dan sering kali tidak sejelas pada anak-anak.
Mereka mungkin mengalami disorganisasi, manajemen waktu yang buruk, mudah gelisah, hingga kesulitan menjaga konsentrasi pada satu tugas.
ADHD bukanlah akibat dari pola asuh yang salah ataupun kebiasaan buruk, melainkan gangguan neurologis yang dapat ditangani. Penanganannya meliputi kombinasi pengobatan medis, terapi perilaku, hingga perubahan gaya hidup.
Jika ditangani dengan tepat, penderita ADHD tetap bisa menjalani hidup produktif, seperti yang dicontohkan oleh Jungkook dengan kariernya yang gemilang di dunia musik global.
Gejala ADHD pada Orang Dewasa
Gejala ADHD dapat bertahan hingga dewasa, meskipun intensitasnya berbeda pada setiap individu. Beberapa tanda yang umum terlihat, antara lain:
1. Kesulitan mengatur prioritas dan waktu
2. Sering melupakan janji atau rencana
3. Impulsif dalam pengambilan keputusan
4. Mudah frustrasi dan mengalami perubahan suasana hati
5. Kesulitan menyelesaikan tugas secara konsisten
6. Kecenderungan mudah gelisah
Kondisi ini dapat memengaruhi hubungan sosial, performa kerja, hingga kesehatan mental. Tak sedikit orang dewasa dengan ADHD juga mengalami gangguan kecemasan atau depresi yang memperparah tantangan sehari-hari.
Faktor Penyebab dan Risiko
Hingga kini, penyebab pasti ADHD belum sepenuhnya diketahui. Namun, para peneliti menemukan beberapa faktor yang berperan, seperti:
1. Genetik: ADHD cenderung diturunkan dalam keluarga
2. Lingkungan: paparan racun tertentu sejak kecil, seperti timbal
3. Perkembangan saraf: gangguan pada sistem saraf pusat di masa pertumbuhan
4. Risiko tambahan: lahir prematur, atau ibu yang merokok/beralkohol selama kehamilan
Dengan memahami faktor-faktor ini, seseorang yang memiliki risiko lebih tinggi bisa lebih waspada dan cepat mencari bantuan medis.
Komplikasi
ADHD yang tidak terdiagnosis atau tidak ditangani dapat memicu berbagai masalah serius, seperti:
1. Kinerja buruk di sekolah atau tempat kerja
2. Masalah keuangan akibat impulsif
3. Kesulitan menjalin hubungan stabil
4. Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan
5. Risiko lebih tinggi mengalami kecelakaan
6. Masalah kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan
Namun, dengan penanganan yang tepat, komplikasi ini dapat dikurangi. Konseling, terapi psikologis, serta dukungan dari orang terdekat sangat penting dalam menjaga kualitas hidup penderita ADHD.